Teori Pembentukan Bumi yang Perlu Kamu Tahu
Superadmin
||0 Minute Read|Review
5.0
Tahukah Sobat Pijar, ternyata pada mulanya bentuk muka bumi tidak seperti sekarang ini, lho. Bumi memiliki bentuk yang tidak permanen alias terus mengalami perubahan. Perubahan muka bumi tersebut banyak dijelaskan dalam teori pembentukan bumi. Apakah Sobat Pijar sudah tahu hal ini?
Pada awal pembentukannya, bumi hanya terdiri dari unsur yang homogen tanpa adanya benua dan samudra. Mayoritas unsur yang ada di dalamnya meliputi oksida besi, silikon, dan magma.
Nggak cuma itu, bumi awalnya juga memiliki suhu yang sangat dingin, lho. Kemudian terjadilah akresi, kompresi, dan disintegrasi unsur radioaktif sehingga meningkatkan suhu permukaan bumi. Gaya dan proses ini pun menyebabkan bentuk muka bumi menjadi seperti sekarang. Cari tahu lebih lengkap tentang teori pembentukkan bumi berikut ini, yuk!
Baca juga: 5 Teori Pembentukan Tata Surya dan Penjelasannya
Teori Pembentukkan Bumi
Teori Kontraksi
Teori pertama adalah teori pembentukan bumi kontraksi yang dibuat oleh Decrates di tahun 1596-1650. Selanjutnya, teori ini mendapatkan dukungan dari James Dana dan Elle de Baumant.
Berdasarkan teori ini, bumi terus mengalami penyusutan setiap waktunya sehingga membuat permukaan bumi mengkerut. Pengerutan ini disebabkan karena pendinginan, sehingga terbentuklah beberapa permukaan bumi seperti gunung, lembah, dan dataran.
Contoh dari teori ini dapat dianalogikan seperti telapak tangan yang kedinginan sehabis mandi atau berenang lama. Jika kamu lihat jari-jari tangan, akan tampak mengkerut sehingga membentuk lipatan-lipatan, bukan? Nah, hal inilah yang juga terjadi pada bumi dalam teori kontraksi.
Selain dari contoh telapak tangan, kamu juga bisa melihatnya dari kulit buah apel yang mengering.Kulit buah apel yang mengering juga tampak seperti terbentuk lipatan yang bergelombang. Jadi, dari teori pembentukan bumi yang pertama ini dapat menjelaskan kenapa di permukaan bumi tidak datar dan mengalami perlipatan.
Namun, dari teori ini belum bisa menjelaskan proses terbentuknya daerah yang mengalami tekanan.
Teori Pembentukan Bumi Dua Benua
Teori dua benua disebut juga dengan Laurasia-Gondwana Theory. Teori ini dikemukakan oleh Edward Zuess di tahun 1884. Dari teori ini dikatakan bahwa ada persamaan formasi geologi yang ada di Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika.
Persamaan tersebut menandakan bahwa dahulu daratan Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika pernah bersatu menjadi satu benua besar bersama Gondwana. Gondwana terletak di daerah kutub selatan. Seiring berjalannya waktu, Gondwana pun terpecah menjadi beberapa benua, yaitu benua Asia, Eropa, dan Amerika Utara.
Tak hanya itu, ditemukan juga suatu persamaan formasi geologi di wilayah kutub utara sehingga diyakini juga bahwa dahulu daratan di wilayah utara merupakan satu kesatuan. Kesatuan daratan tersebut membentuk sebuah benua besar di wilayah utara dengan nama Laurasia.
Jadi, sesuai dengan namanya, teori dua benua menjelaskan bahwa dulunya bumi terdiri dari dua benua besar saja yaitu Laurasia dan Gondwana.
Selanjutnya, kedua benua tersebut mengalami pergerakan ke arah khatulistiwa bumi sehingga menjadi benua yang lebih kecil lagi. Kedua benua ini saat ini hanya terdiri dari sisa-sisa karena sudah terpecah menjadi beberapa benua dan sudah ditutupi oleh laut sehingga terpisah-pisah.
Teori Apungan Benua
Teori pembentukan bumi ini adalah teori yang paling populer dan banyak dipercaya. Teori apungan benua dibuat oleh Alfred Wegener di tahun 1912. Dari teori tersebut dijelaskan bahwa ratusan juta tahun yang lalu, hanya ada satu benua dan samudra yang sangat luas.
Satu benua ini disebut sebagai Pangea, sedangkan kawasan samudra yang sangat luas ini dinamakan sebagai Panthalasa. Sedikit demi sedikit, Pangea terpecah dan mengalami keretakan karena pergerakan dasar laut yang dinamis.
Gerakan dari rotasi bumi juga membuat Pangea terpecah dan bergerak ke arah barat untuk ke ekuator. Akhirnya, benua tersebut terpecah menjadi dua benua besar yang menurut teori Dua Benua disebut sebagai Laurasia dan Gondwana.
Kedua benua ini dipisahkan oleh laut yang disebut Laut Tethys. Saat ini diketahui laut tersebut adalah jalur terperangkapnya minyak bumi yang ada di sekitar kawasan Timur Tengah. Eits, tapi teori terbentuknya dua benua ini nggak berhenti sampai situ saja, lho.
Kedua benua tersebut terpecah lagi menjadi beberapa benua kecil lainnya karena daratan bergerak secara tidak beraturan dengan kecepatan 1-10 cm tiap tahunnya.
Laurasia adalah cikal bakal dari benua Eurasia, Amerika Utara, dan pulau kecil, sedangkan Gondwana adalah cikal bakal dari Amerika Selatan, Afrika, India, Australia, dan Antartika. Apa bukti dari teori apungan benua, ya? Kamu bisa tahu penjelasannya di bawah ini!
- Formasi Geologi
Bukti pertama sejarah perkembangan muka bumi adalah adanya formasi antara pantai timur Amerika Selatan dan pantai barat Afrika punya potongan yang sesuai satu sama lain. Artinya, dahulu pernah bersatu daratan tersebut.
- Batuan dan Umur Batuan
Diketahui juga bahwa jenis dan umur batuan yang ada di Amerika Selatan dan Afrika sama sehingga disimpulkan bahwa kedua benua tersebut awalnya pernah bersatu yaitu sebagai Gondwana.
Begitu juga dengan struktur batuan induk yang ada di lautan Atlantik di Afrika, Amerika Utara, dan Eropa juga punya bentuk yang cocok dan sama.
- Bukti Paleontologi
Bukti lainnya yaitu adanya fosil tanaman glossopteris di berbagai benua seperti Amerika Selatan, Afrika Selatan, Australia dan India. Padahal, tumbuhan ini hanya tumbuh di darat saja.
Dengan demikian, dihipotesiskan bahwa seluruh benua tersebut pernah bersatu sehingga punya jenis tanaman yang sama.
- Pergerakan Pulau Greenland dan Madagaskar
Bukti terkenal lainnya yang meyakinkan bahwa benua tersebut pernah bersatu adalah pergerakan pulau Greenland yang menjauhi Eropa setiap tahunnya dengan kecepatan 36 meter.
Kemudian, ada juga penelitian yang membuktikan bahwa Pulau Madagaskar menjauhi Afrika Selatan dengan kecepatan 9 meter/tahunnya. Ini menandakan bahwa benua terus bergerak sehingga dapat terpecah menjadi benua-benua dan pulau kecil seperti saat ini.
Teori Konveksi
Teori pembentukan bumi lainnya adalah teori konveksi yang dibuat oleh Arthur Holmes dan dikembangkan oleh Harry H. Hes dan Robert Diesz. Berdasarkan teori ini, terdapat arus konveksi yang membuat magma ke permukaan bumi yang ada di punggung tengah samudra.
Kemudian, lava tersebut mengalami pembekuan dan membentuk lapisan kulit bumi yang baru. Hal ini membuat kulit bumi lama menjadi bergeser. Bukti dari teori konveksi ini adalah adanya Mid Atlantic Ridge dan Pacific Atlantic Ridge.
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa umur batuan yang semakin jauh dari punggung tengah samudra (Mid Oceanic Ridge) menunjukkan bahwa umur batuan tersebut menjadi semakin tua.
Teori Lempeng Tektonik
Teori pembentukan bumi yang terakhir muncul di tahun 1960-an. Sebenarnya, teori ini merupakan kelanjutan dari teori apungan benua. Dalam teori ini dijelaskan bahwa bumi terbentuk dari kerak benua dan samudra serta lapisan batuan di atas mantel bumi atau astenosfer.
Semua lapisan tersebut disebut sebagai litosfer yang di dalamnya terbagi lagi menjadi lempeng tektonik. Lempeng ini akan saling bergerak baik itu mendekati atau saling menjauh.
Pergerakan lempeng tersebut mengakibatkan beberapa fenomena geologi seperti gempa bumi, pembentukan gunung, palung samudra, dan lainnya. Dengan demikian, lempeng tektonik tersebut membuat permukaan bumi menjadi seperti sekarang.
Baca juga: Proses Terjadinya Hujan Seperti Apa, Ya?
_____________________________________________
Ada 5 teori pembentukan bumi yang memiliki konsep dan proses yang berbeda-beda. Namun, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa bentuk muka bumi yang ada kini akibat dari benua yang bergerak dan berubah-ubah. Jika tertarik, Sobat Pijar bisa mempelajari ilmu geografi ini lebih dalam lagi, ya!
Yuk, asah pemahamanmu tentang bumi dan ilmu geografinya di Pijar Belajar. Bersama Pijar Belajar, kegiatan belajarmu jadi lebih mudah dan menyenangkan!
Download Pijar Belajar di sini, yuk!