Sejarah Kerajaan Tarumanegara, Masa Kejayaan, Prasasti & Keruntuhannya
Pijar Belajar
||0 Minute Read|Review
5.0
Isi Artikel
Kerajaan Tarumanegara pernah menguasai tanah Sunda mulai abad ke 4 sampai abad ke 7 Masehi. Berbagai bukti menyebutkan bahwa keberadaannya sebagai Kerajaan Hindu terbesar kedua setelah Kutai Martadipura. Sejarah Kerajaan Tarumanegara diperkuat dengan adanya beberapa prasasti kuno.
Meskipun berada di Nusantara, pendiri dari kerajaan Hindu ini bukan orang Indonesia asli. Pendirinya adalah seorang pendatang yang berasal dari India, yakni Rajadirajaguru Jayasingawarman. Nah, berikut ini ulasan tentang asal-usul Kerajaan Tarumanegara, prasasti peninggalan, hingga keruntuhannya. Yuk, baca artikelnya hingga selesai, Sobat Pijar.
Baca juga: Kerajaan Hindu: Awal Mula dan Kerajaan-Kerajaan Hindu di Indonesia
Letak Kerajaan Tarumanegara
Menurut prasasti Kebon Kopi, Tarumanegara atau Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu yang menguasai Pulau Jawa bagian barat selama beberapa abad Masehi. Tahun berdiri kerajaan Tarumanegara adalah 358 Masehi oleh pendatang asal India.
Letak Kerajaan Tarumanegara bisa dibilang cukup strategis karena berada di tepi sungai Citarum, Jawa Barat. Wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara juga luas karena dimulai dari Banten, Jakarta, Hingga Cirebon.
Sejarah menyebutkan bahwa kerajaan kuno ini mendapatkan pengaruh yang cukup kuat dari kebudayaan Hindu India. Hal ini dapat diketahui dari kepercayaan yang dianut rakyatnya, huruf Pallawa, dan Bahasa Sansekerta yang ada dalam prasasti peninggalan.
Masa Kejayaan Tarumanegara
Masa kejayaan Tarumanegara dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu kondisi ekonomi, politik, sosial dan budaya dalam prasastinya peninggalannya. Berikut ini adalah penjelasan terkait dari masing-masing aspek tersebut:
Pendiri Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh bangsawan asal India, yakni Maharesi Jayasingawarman. Jayasingawarman memberikan nama Tarumanegara untuk kerajaannya, dimana diambil dari pohon Tarum yang tumbuh di wilayah tersebut.
Awal mula berdirinya Kerajaan Tarumanegara ditandai datangnya Jayasingawarman ke Nusantara, tepatnya di Kerajaan Salakanagara. Kehadirannya pada waktu itu mendapatkan sambutan hangat oleh Raja Dewawarman III.
Sampai pada akhirnya dinikahkan dengan putri sulung raja Dewawarman yaitu Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi. Setelah pernikahanya, Jayasingawarman mulai tertarik membangun sebuah kerajaan bernama Taruma.
Masa kepemimpinannya cukup lama yaitu mulai dari 358 Masehi sampai dengan 328 Masehi. Meski begitu, selama bertahun-tahun lamanya ternyata Kerajaan Tarumanegara masih belum menduduki era kejayaan. Jayasingawarman memilih menjadi pertapa dan kepemimpinannya diambil alih Raja Dharmayawarman.
Kondisi Ekonomi Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara mengalami puncak kejayaan pada masa raja ketiga, yakni Purnawarman. Pada masa pemerintahannya, Purnawarman berhasil membangun sebuah ibu kota kerajaan yang dinamakan Sundapura.
Selain itu, Raja Purnawarman juga membangun terusan sepanjang 6122 tombak yang sangat penting untuk perekonomian rakyat. Tujuannya untuk mencegah banjir dan lalu lintas perdagangan menjadi semakin lancar. Komoditas yang diperdagangkan adalah kulit penyu, perak, cula badak dan lainnya.
Selain perdagangan, aspek kehidupan di kala itu meliputi perburuan binatang, peternakan, dan pertanian. Raja Purnawarman selalu memperhatikan kondisi atau kehidupan ekonomi Kerajaan Tarumanegara agar stabil.
Kondisi Politik Kerajaan Tarumanegara
Sejarah Kerajaan Tarumanegara juga menyebutkan bahwa sistem yang dianut monarki absolute. Kepemimpinannya dijalankan oleh raja dengan otoritas penuh untuk melaksanakan pemerintahan. Raja yang pertama adalah Maharesi Jayasingawarman asal India, sedangkan terakhir yaitu Linggawarman.
Namun, puncak kejayaan Kerajaan Taruma ini baru tercapai setelah dipimpin oleh Raja Purnawarman. Raja Purnawarman dikenal sebagai seorang pemimpin yang sangat tangguh, bijaksana dan dekat dengan rakyatnya.
Selama memimpin, Purnawarman telah menetapkan berbagai aturan untuk semua rakyatnya. Aturan tersebut meliputi regulasi militer, hukum kerajaan, silsilah Dinasti Warman, dan strategi perang.
Kondisi Sosial Budaya Kerajaan Tarumanegara
Kondisi ekonomi politik dan sosial budaya Kerajaan Tarumanegara juga sangat menarik untuk dipelajari. Sebagai kerajaan Hindu, Taruma juga menjalankan beberapa upacara adat kebudayaan atau keagamaan di waktu tertentu.
Seperti upacara sedekah dengan menyembelih sekitar 1000 ekor sapi untuk diberikan kepada kaum brahmana. Menurut sebuah prasasti, upacara sedekah ini dilakukan setelah penggalian sungai Gomati dan Candrabaga.
Sebutan sungai Gomati dalam Kerajaan Tarumanegara terdapat di prasasti Tugu. Saluran sungai tersebut dibangun dengan tujuan untuk mencegah terjadinya bencana banjir dan melindungi tanaman petani. Pastinya dilakukan dengan gotong royong oleh semua rakyat dan membutuhkan waktu 21 hari.
Prasasti Kerajaan Tarumanegara
Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara dapat dilihat melalui prasasti yang ditulis dalam Bahasa Sansekerta. Setidaknya ada 7 prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara, yaitu Prasasti Ciaruteun, Jambu, hingga Pasir Awi.
Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun ditemukan di sekitaran sungai Ciaruteun, Kecamatan Ciampea, Bogor. Pada prasasti Ciaruteun, bisa dilihat dengan jelas adanya sebuah lukisan laba-laba dan sepasang kaki dari Raja Purnawarman. Jejak kaki tersebut menjadi simbol atas kekuasan sekaligus penghormatan sebagai dewa.
Selain itu, makna lainnya juga melambangkan kekuasaan seorang raja atas wilayah tersebut. Isi prasasti Ciaruteun dituliskan dalam Bahasa Sansekerta dengan aksara Pallawa atau Wengi.
Prasasti Jambu
Prasasti Jambu merupakan prasasti kuno yang ada di kebun jambu di perbukitan Koleangkak, mungkin 29 km dari Bogor. Keseluruhan isi Prasasti Jambu menggambarkan tentang kebesaran Raja Purnawarman. Disebutkan bahwa Raja Purnawarman sangat gagah, termasyhur dan bajunya tidak bisa ditembus musuh.
Prasasti Kebon Kopi
Selanjutnya adalah prasasti kebon kopi ditemukan di Kampung Muara Hilir, Cibungbulang, Bogor. Masyarakat sekitar biasa menyebut prasasti kebon kopi peninggalan Kerajaan Tarumanegara sebagai Batu Tapak Gajah.
Sejarah prasasti Kebon Kopi dilihat dari pahatan gambar berbentuk tapak gajah yang mirip kaki gajah Airawata (kendaraan Dewa Wisnu). Tak hanya itu, ada juga tulisan satu baris yang juga menggunakan aksara Pallawa.
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu dibuat pada masa pemerintahan Raja Purnawarman yang berisi tentang penggalian kali Chandrabaga dan Gomati. Keberadaannya menjadi bukti kuat mengenai keseriusan sang raja untuk mensejahterakan pertanian. Sesuai namanya, prasasti Tugu ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta.
Prasasti Cidanghiang
Prasasti Lebak atau yang disebut prasasti Cidanghiang ditemukan di Kampung Lebak. Peninggalan bersejarah ini berisi dua baris kalimat pendek yang berbentuk puisi. Isi prasasti Cidanghiang pada dasarnya mengagungkan keberanian Raja Purnawarman semasa memimpin.
Prasasti Muara Cianten
Peninggalan prasasti dari Kerajaan Taruma yang menarik adalah prasasti Muara Cianten. Prasasti Muara Cianten ditemukan di sekitar Sungai Cisadane, mungkin 50 m dari pertemuan Cianten. Hanya saja untuk isinya menggunakan aksara ikal yang belum bisa dibaca.
Prasasti Pasir Awi
Pasir Awi adalah peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang dikenal dengan sebutan Cemperai. Lalu, dimana letak prasasti Pasir Awi? Prasasti ini ada di Desa Sukamakmur, Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Prasasti ini memiliki jejak sepasang kaki manusia yang menghadap ke arah Timur dan Utara. Jejak kaki ini juga disebut milik Raja Sri Purnawarman yang mengandung makna tersendiri.
Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara mulai mengalami keruntuhan saat memasuki abad ke 7 M, yaitu pemerintahan Linggawarman. Adapun untuk penyebab runtuhnya Kerajaan Tarumanegara sampai kini masih belum diketahui pasti.
Kemungkinan besar akibat serangan dari kerajaan lain seperti Kerajaan Galuh, Kerajaan Sriwijaya, dan lainnya. Selain itu, terjadi perpecahan internal antara golongan masyarakat tertentu dan keluarga kerajaan. Bahkan, terjadi pemberontakan karena rakyat tidak puas dengan kepemimpinan Taruma.
Baca juga: Sejarah Kerajaan Kutai: Letak, Masa Kejayaan, Peninggalan dan Runtuhnya Kerajaan
Sejarah Kerajaan Tarumanegara dibuktikan dengan prasasti yang ditulis dalam Bahasa Sansekerta. Prasasti Ciaruteun, Kebon Kopi, Tugu dan lainnya yang masih bisa ditemukan sampai kini. Selain itu, prasasti ini menunjukkan bahwa Tarumanegara menjadi pusat politik dan kebudayaan di Jawa Barat.
Nah, itulah penjelasan mengenai Kerajaan Tarumanegara ya, Sobat Pijar. Semoga menambah pengetahuanmu mengenai mater ini. Eits, masih ingin tahu lebih lanjut mengenai kerajaan-kerajaan Hindu yang ada di Indonesia? Yuk, belajar menggunakan Pijar Belajar aja! Ada ribuan konten dalam bentuk video materi, rangkuman, hingga latihan soal yang menunggu untuk kamu akses, nih. Lengkap banget, ‘kan?
Tunggu apa lagi? Yuk, unduh aplikasi Pijar Belajar sekarang juga!