Sejarah Kerajaan Kediri, Masa Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan Bersejarah
Pijar Belajar
||0 Minute Read|Review
5.0
Panjalu atau Kediri termasuk kerajaan bercorak Hindu-Budha yang sempat berjaya di tahun 1044 sampai 1222. Sejarah Kerajaan Kediri berhubungan dengan kedua putra Airlangga yang ingin merebut kekuasaan. Keduanya saling bertempur antara satu sama lain sehingga kerajaan terbagi menjadi dua.
Lantas, sebenarnya dimanakah letak Kerajaan Kediri? Letak, pendiri, masa kejayaan, peninggalan bersejarah, hingga penyebab terjadinya keruntuhan dari Kerajaan Kediri akan diulas pada artikel berikut ini.
Baca juga: Kerajaan Hindu: Awal Mula dan Kerajaan-Kerajaan Hindu di Indonesia
Letak Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri atau Panjalu termasuk bagian dari Kerajaan Mataram Kuno yang terletak di Pulau Jawa sebelah Timur. Pusat pemerintahannya ada di kota Daha atau yang sekarang ini dikenal dengan sebutan Kota Kediri. Sebelum di Daha, pusat kerajaan Hindu ini dulunya berada di sekitar wilayah Kahuripan.
Informasi ini sudah tertuang secara jelas dalam prasasti yang dibuat pada tahun 1042. Sedangkan sumber sejarah Kerajaan Kediri bisa ditemukan pada kitab Negarakertagama, Mahaksubya dan Serat Calon Arang.
Disebutkan juga bahwa raja-raja Kerajaan kediri merupakan keturunan dari Raja Airlangga. Raja Airlangga telah membagi kerajaannya menjadi dua, yaitu Jenggala dan Panjalu. Konflik ini terjadi sekitar tahun 963 Masehi dengan tujuan untuk menghindari terjadinya perebutan kekuasaan.
Masa Kejayaan Kediri
Masa Kejayaan Kediri terjadi selama pemerintahan Raja Jayabaya, yaitu sekitar tahun 1135 sampai 1159. Inilah cerita singkat masa kejayaan Kerajaan Kediri yang meliputi kondisi ekonomi, politik, hingga sosial budayanya.
Pendiri Kerajaan Kediri
Latar belakang kemunculan Kerajaan Kediri dimulai dari pembagian Kerajaan Kahuripan yang dilakukan oleh Raja Airlangga. Menjelang akhir pemerintahannya, putranya yang bernama Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan saling memperebutkan tahtanya.
Raja Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi kekuasaannya menjadi dua, yakni Jenggala dan Panjalu. Kerajaan Panjalu (Kediri) diberikan kepada Samarawijaya dengan pusat pemerintahan di Daha. Sedangkan Jenggala (Kahuripan) dipimpin Panji Garasakan dengan ibukotanya di Kahuripan.
Siapa pendiri Kerajaan Kediri sekarang sudah bisa diketahui, yaitu Sri Samarawijaya. Wilayah yang dikuasai oleh Kerajaan Kediri tidak terlalu luas, yaitu Kediri dan Madiun. Kerajaan Jenggala mencakup wilayah Malang dan Sungai Brantas yang pelabuhannya ada di Pasuruan, Surabaya dan Rembang.
Setelah berdiri hampir selama 2 abad lamanya, kerajaan Hindu ini mengalami keruntuhan pada masa Kertajaya. Adapun sebab keruntuhan kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya adalah konflik internal yang terjadi dalam kerajaan.
Kondisi Ekonomi Kerajaan Kediri
Dilihat dari kondisi ekonomi, masyarakat Kerajaan Kediri memiliki mata pencaharian sebagai pedagang dan petani. Hasil pertaniannya berupa beras yang sudah menjadi sumber pangan utama. Sedangkan barang dagangannya berupa emas, kayu cendana, pinang, perak, daging, dan gerabah.
Pada saat itu, alat tukar atau alat pembayarannya adalah uang yang dibuat dari bahan dasar emas. Untuk pajak yang diberikan untuk masyarakatnya adalah hasil bumi sehingga tidak memberatkan. Kegiatan perdagangan ini berjalan dengan lancar karena Kerajaan Kediri berada di lokasi yang cukup strategis.
Kondisi Politik Kerajaan Kediri
Kondisi politik Kerajaan Kediri singkat bisa dibilang cukup stabil selama masa kejayaanya. Pemerintahannya dijalankan oleh seorang raja yang dibantu para pejabat istana dan menteri. Raja dianggap sebagai pemimpin dengan kekuasaan absolut untuk mengambil keputusan.
Sementara itu, para pejabat istana dan menteri bertugas untuk menjaga keamanan dan mengurus pemerintahan. Mereka memiliki tanggung jawab untuk mengurus keuangan, administrasi, keamanan dan militer.
Sistem pemerintahan daerah di Kerajaan Hindu ini juga sudah terorganisir semaksimal mungkin. Setiap daerahnya dipimpin oleh adipati yang bertugas dalam mengurusi keuangan, pemerintahan hingga keamanan. Adipati juga menyalurkan pajak dan upeti untuk raja yang menjadi tanda kesetiaan.
Kondisi Sosial Budaya Kerajaan Kediri
Meskipun menganut agama Hindu, masyarakat Kerajaan Kediri sama sekali tidak menerapkan sistem kasta. Hal ini sudah tertuang dalam sebuah kitab Lubdaka yang dibuat oleh Mpu Tanakung di zaman Raja Kameswara.
Kitab Lubdaka menjelaskan bahwa tinggi ataupun rendahnya nilai seseorang tidak dapat dinilai dari garis keturunannya. Namun, semuanya dapat dilihat dari sikap dan sifat yang dimiliki oleh orang itu sendiri.
Prasasti Kerajaan Kediri
Salah satu peninggalan Kerajaan Kediri adalah prasasti-prasasti kuno yang tersebar di beberapa daerah. Setidaknya ada 4 prasasti peninggalan Kerajaan Kediri, yaitu Sirah Keting, Ngantang, Jaring dan Kamulan.
Prasasti Sirah Keting
Sirah Keting termasuk prasasti kuno yang dapat dilihat di Kota Ponorogo, Jawa Timur. Bentuknya berupa persegi panjang dan berisi tulisan yang cukup panjang. Pada keempat sisinya juga nampak dipahat sehingga bentuknya sangat unik.
Apa isi prasasti Sirah Keting memang terlihat jelas dan ditulis dengan menggunakan aksara Jawa Kuno. Prasasti ini menceritakan kisah Raja Jayawarsa yang telah memberikan hadiah tanah untuk rakyat Kediri. Sumber sejarah Kerajaan Kediri ini dibuat pada tahun 1204 Masehi atau 1126 Saka.
Prasasti Ngantang
Prasasti selanjutnya yang bisa ditemukan sampai saat ini adalah Prasasti Ngantang. Isi dari prasasti Ngantang adalah pembebasan tanah dari Raja Jayabaya kepada Desa Ngantang. Peristiwa ini terjadi di tahun 1135 sampai 1159 M sebagai bentuk apresiasi karena sudah mengabdi kepada Kerajaan Kediri.
Prasasti Jaring
Prasasti Jaring merupakan peninggalan bersejarah dari Kerajaan Kediri yang dibuat pada tahun 1194 Masehi. Keberadaannya sampai sekarang ini masih bisa ditemukan di wilayah Jaring, Kembangan, Blitar Jawa Timur.
Isi prasasti Jaring menjelaskan tentang peresmian sima, yaitu wilayah otonom atau bumi perdikan yang akan dibebaskan pajak oleh Sri Kroncharyadipa. Selain itu, prasasti ini juga mengisahkan pejabat Kediri yang memiliki gelar inisial dari nama hewan.
Isi prasasti Jaring mengisahkan tentang terkabulnya permintaan masyarakat Desa Jaring yang sudah dijanjikan oleh Raja Sri Aryeswara.
Prasasti Kamulan
Prasasti Kamulan Kerajaan kediri dipertemukan pertama kali di Pendopo, Kab Trenggalek, Jawa Timur. Pada prasasti kuno ini, dikisahkan secara jelas tentang berdirinya wilayah Trenggalek ataupun Tulungagung.
Bukan hanya itu, dalam prasasti ini juga menceritakan tentang Kerajaan Kediri yang diserang oleh kerajaan-kerajaan lain. Menurut sejarawan, Kamulan dibuat ketika masa kepemimpinan Raja Kertajaya di tahun 1194 Masehi.
Keruntuhan Kerajaan Kediri
Keruntuhan Kerajaan Kediri terjadi pada tahun 1422 Masehi di masa kepemimpinan Sri Maharaja Kertajaya. Faktor keruntuhan Kerajaan Kediri bermula dari konflik internal antara Kertajaya dengan kaum brahmana. Kertajaya memiliki ambisi untuk disembah oleh kaum Brahmana Hindu ataupun Budha.
Ambisi tersebut dinilai tidak masuk akal sehingga mendapat penolakan dari kaum brahmana. Sampai pada akhirnya, penolakan ini membuat Kertajaya marah dan sering melakukan berbagai tindakan yang buruk. Kaum brahmana kemudian menuju ke wilayah Tumapel dengan tujuan meminta bantuan Ken Arok.
Setelah itu, Ken Arok menyerang Kerajaan Kediri bersama dengan kaum brahmana dan rakyat Singosari. Keruntuhan Kerajaan Kediri disebabkan oleh serangan Ken Arok dan berhasil membunuh Kertajaya. Setelahnya, Kerajaan Singasari yang dipimpin oleh Ken Arok berhasil menguasai wilayah tersebut.
Baca juga: Peninggalan Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia
Sejarah Kerajaan Kediri bermula ketika Airlangga membagi kekuasaannya menjadi dua, yaitu Jenggala dan Panjalu atau Kediri. Kedua kerajaan bercorak Hindu ini dibatasi oleh Sungai Brantas dan Gunung Kawi. Kisah ini sudah tertuang dengan jelas dalam Serat Calon Arang dan Kitab Negarakertagama.
Nah, itulah sejarah Kerajaan Kediri, Sobat Pijar. Semoga menjawab rasa penasaranmu, ya! Jika tertarik untuk belajar sejarah kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia, pastikan kamu sudah berlangganan di Pijar Belajar, ya!
Jika belum, yuk langsung unduh Pijar Belajar di sini!