Sejarah Kerajaan Gowa Tallo, Awal Berdiri Hingga Masa Kejayaannya
Pijar Belajar
||0 Minute Read|Review
0
Isi Artikel
Sobat Pijar pernah berkunjung ke Benteng Rotterdam? Ini adalah peninggalan Kerajaan Gowa Tallo yang besar di abad ke-16. Nah, di bawah ini kita bakal membahas sejarah Kerajaan Gowa Tallo lengkap! Dari mulai kapan berdirinya Kerajaan Gowa Tallo dan apa penyebab berdirinya Kerajaan Gowa Tallo. Selain itu, kita juga akan mencari tahu tentang masa kejayaan dan peninggalannya. Yuk, simak sampai tuntas!
Baca juga: Sejarah Kerajaan Banten, Mulai dari Masa Kejayaan Hingga Keruntuhannya
Sejarah Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa Tallo berdiri pada tahun 1565. Awalnya hanya ada satu kerajaan yaitu Gowa. Tapi karena perebutan kekuasaan, maka terbelah jadi dua yaitu Kerajaan Gowa dan Tallo. Para rajanya kemudian memutuskan bersatu kembali dan berdirilah Kerajaan Gowa Tallo. Pendiri Kerajaan Gowa Tallo adalah Raja Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi Kallonna.
Siapa nama tokoh yang terkenal dari kerajaan Islam Gowa Tallo? Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi kerajaan Islam karena dakwah dari Datuk ri Bandang, Datuk Pattimang, dan Datuk di Tiro. Sejak tahun 1605, Sutan Alauddin dan keluarganya memeluk Islam.
Masa Kejayaan Kerajaan Gowa Tallo
Tahun berdirinya Kerajaan Gowa Tallo adalah 1565 setelah ada kesepakatan “Dua Raja Tetapi Satu Rakyat” yang dibuat antara Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo. Meski awalnya pecah, tapi akhirnya dengan sistem pembagian kekuasaan akhirnya bisa damai dan sukses. Malahan penggabungan kekuasaan ini menjadikan kerajaan sangat maju di berbagai bidang.
Siapa Raja kejayaan Kerajaan Gowa Tallo? Kerajaan Gowa Tallo paling berjaya di era pemerintahan Sultan Hasanuddin tahun 1653. Ada banyak bidang yang sukses di bawah Sultan Hasanuddin. Mulai dari pendidikan dan kebudayaan Islam, di mana banyak warga Gowa Tallo yang belajar Islam dari Banten. Selain itu, perdagangan internasionalnya juga luar biasa sukses.
Dijuluki Ayam Jantan dari Timur, Sultan Hasanuddin sangat anti terhadap dominasi asing. Ia tak ragu langsung memimpin perang sendiri melawan VOC. Seperti pada banyak kerajaan Nusantara lainnya, VOC akhirnya mengadu domba Kerajaan Gowa Tallo dengan Kerajaan Bone, yang terbukti berhasil menjadi awal keruntuhan Gowa Tallo.
Kehidupan Politik Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa dan Tallo merupakan dua kerajaan yang menggabungkan diri menjadi satu dan menjadi Kerajaan Makassar. Tapi sebenarnya di daerah sekitarnya ada cukup banyak negara lainnya yang memilih untuk tetap berdiri sendiri. Awalnya, raja kerajaan ini belum beragama Islam. Baru Karaeng Matoaya yang memeluk agama Islam dan kemudian bergelar Sultan Alaudin.
Sistem pemerintahannya menggunakan sistem pembagian kekuasaan. Artinya, raja dipilih dari garis keturunan raja Gowa. Sedangkan perdana menteri dipilih dari keturunan raja Tallo. Hal ini dilakukan berdasarkan kesepakatan “Dua Raja Tetapi Satu Rakyat” yang dibuat tahun 1565. Dua kerajaan yang terpecah karena perang saudara pun akhirnya bersatu kembali. Sistem ini terbukti sukses.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa Tallo merupakan kerajaan maritim yang pelayaran dan perdagangannya sangat berkembang. Tapi secara ekonomi, kerajaan ini paling maju di bawah kepemimpinan raja Gowa Tallo, Sultan Hasanuddin. Saat itu, Kerajaan Makassar menjadi kerajaan maritim paling besar sekaligus pusat perdagangan di kawasan Nusantara bagian timur.
Kesuksesan Kerajaan Gowa Tallo pada masa ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah tentunya tentu karena letak Kerajaan Gowa Tallo yang strategis. Selain itu, peran Jawa yang mundur kala itu juga mempengaruhi kesuksesan perdagangan dan pelayaran. Ditambah lagi, Malaka yang jatuh ke tangan Portugis, menguntungkan pelayaran dan perdagangan maritim.
Hebatnya lagi, pemerintahan Kerajaan Gowa Tallo mampu mengatur sekaligus melayani pedagang yang berasal dari beragam negeri. Saat itu, aktivitas perdagangan berjalan dengan tertib dan adil, karena itu tidak terjadi pertikaian dan masyarakatnya relatif makmur dan sejahtera.
Kehidupan Sosial Kerajaan Gowa Tallo
Agama Islam menjadi poros utama Kerajaan Gowa Tallo, karena itu kehidupan sehari-harinya menggunakan ajaran Islam. Tak hanya itu, ajaran Sufi juga berkembang di Gowa karena Syekh Yusuf al-Makasari yang saat itu berkunjung ke Gowa.
Selain itu, bangsa Bugis juga dikenal sebagai pelaut yang andal. Tentu saja tradisi budaya ini berpengaruh pada kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Gowa Tallo. Para raja Gowa menerapkan prinsip mare liberum, yang artinya laut bebas. Jadi para nelayan dan pelaut akan membangun jaringan pelayaran dan perdagangan ke pulau-pulau lainnya.
Meski sering terhubung dengan orang dari pulau lain, masyarakat Kerajaan Gowa Tallo tetap memegang kuat norma adat mereka. Bahkan, adatnya terbilang sangat ketat. Warisan budayanya ada yang masih diterapkan sampai sekarang. Contohnya adalah struktur sosial yang membedakan bangsawan (karaeng) dan rakyat kebanyakan (maradeka), dan hamba sahaya (ata).
Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo
Ada cukup banyak peninggalan Kerajaan Gowa Tallo yang masih ada hingga saat ini. Di antaranya adalah:
Benteng Somba Opu
Benteng Somba Opu pada masanya merupakan pusat perdagangan rempah-rempah yang ramai dikunjungi oleh pedagang asing, ada yang dari Asia maupun Eropa. Benteng ini mulai didirikan tahun 1525 pada masa pemerintahan Daeng Matantre Karaeng Tumpa’risi Kallonna. Memang pembangunannya tidak selesai dan dilanjutkan oleh Raja Karaeng Tunijallo dan Sultan Alauddin.
Benteng Rotterdam
Bisa dibilang sebagai peninggalan sekaligus sumber sejarah Kerajaan Gowa Tallo yang paling populer, karena masih sering dikunjungi oleh wisatawan hingga kini. Benteng ini awalnya bernama Benteng Jumpandang dan dibangun tahun 1545 pada masa kepemimpinan Raja I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung.
Balla Lompoa
Balla Lompoa adalah istana kediaman Raja Gowa, tapi sekaligus digunakan sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Gowa. Balla Lompoa artinya adalah rumah besar. Termasuk peninggalan yang baru, karena baru dibangun pada tahun 1935-1936 di masa pemerintahan Daeng Mattutu Karaeng Bontonompo Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin. Ini adalah istana terakhir Kerajaan Gowa yang saat ini menjadi museum.
Kompleks Makam Raja Gowa dan Tallo
Pertama kali dibangun pada abad ke-17, kompleks makam raja Gowa dan Tallo saat ini sudah masuk sebagai Cagar Budaya Nasional. Berlokasi di Jalan Sultan Abdullah Raya, Kecamatan Tallo, hingga kini masih sering dikunjungi wisatawan untuk ziarah.
Masjid Tua Katangka
Terakhir ada Masjid Tua Katangka yang dibangun tahun 1603 pada masa pemerintahan Sultan Alauddin. Berada di dekat kompleks makam Sultan Hasanuddin, saat ini masjid ini sudah masuk sebagai salah satu Cagar Budaya Nasional.
_____________________________________________________________
Baca juga: Kerajaan Mataram Islam, Masa Kejayaan, Keruntuhan, Hingga Peninggalannya
Itu dia sejarah Kerajaan Gowa Tallo, sekarang Sobat Pijar sudah lebih paham kan tentang dua kerajaan yang menjadi satu ini? Kalau tertarik dengan sejarah kerajaan Nusantara di masa lalu lainnya, kamu bisa menemukan di Pijar Belajar, lho. Infonya lengkap dan penjelasannya mudah dimengerti! Jadi tunggu apa lagi? Langsung saja kunjungi Aplikasi Pijar Belajar sekarang juga!