Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara
Superadmin
||0 Minute Read|Review
5.0
Sobat Pijar, tahukah kamu ternyata kehidupan manusia pada masa praaksara disebut juga sebagai zaman prasejarah, lho. Masa kehidupan praaksara merupakan masa saat manusia belum mengenal tulisan.
Ilmu yang mempelajari masa praaksara disebut paleoantropologi. Nah, ilmu paleoantropologi ini mempelajari bentuk manusia dari bentuk yang paling sederhana hingga bentuk yang sekarang. Wah, seperti apa, ya, kehidupan manusia pada masa praaksara itu? Pelajari selengkapnya dengan membaca penjelasan berikut ini, yuk!
Baca juga: Peradaban Awal Dunia: India Kuno, Tiongkok Kuno, Romawi Kuno, dan Amerika Kuno
Bagaimana Tahap-Tahap Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara?
Corak kehidupan manusia purba diawali dengan hidup nomaden atau berpindah-pindah. Lalu mereka beralih dari nomaden menjadi semi-nomaden. Pada akhirnya, mereka hidup menetap. Perubahan corak ini disebabkan oleh perkembangan kemampuan mereka dalam mencari makanan
Di masa nomaden, kebutuhan hidup mereka sangat bergantung pada alam. Seiring perkembangan waktu, manusia di zaman praaksara sudah mengerti bagaimana menghasilkan makanan sendiri, sehingga pada akhirnya mereka hidup menetap.
Dalam memenuhi kebutuhan, masyarakat menggunakan beberapa jenis peralatan. Peralatan itu bisa terbuat dari batu sampai logam. Alat-alat itulah yang berhasil mempertahankan kehidupan manusia di zaman praaksara.
Menurut corak hidup manusia di zaman ini, ada tiga pembagian masa, yaitu masa berburu, bercocok tanam, dan perundagian. Yuk, kita simak pembagian masa praaksara berikut ini.
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Dalam masa berburu dan meramu atau mengumpulkan makanan, manusia harus bergantung pada sumber daya alam. Oleh karena itu, biasanya mereka akan menempati wilayah yang menyediakan banyak bahan makanan, seperti air, tumbuhan, dan sebagainya. Kalau dibandingkan dengan sekarang sangat berbeda sekali, ya!
Untuk menghadapi cuaca, manusia praaksara tinggal sementara di gua-gua payung (abris sous roche) yang dekat dengan sumber makanan tadi, lho. Mereka juga belajar membuat api untuk menjadi sumber penerangan. Caranya adalah dengan membenturkan dua buah batu.
Masa berburu dan mengumpulkan makanan ini diperkirakan terjadi pada zaman paleolithikum.
Nah, supaya Sobat Pijar semakin tergambarkan seperti apa kehidupan masa berburu dan meramu itu, coba kita bahas melalui kehidupan ekonomi, sosial, dan budayanya, ya.
Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi manusia saat itu sangat bergantung pada kondisi alam. Mereka akan terus tinggal di satu tempat selama bahan makanan tersedia dengan cukup. Kalau sumber makanan sudah habis, maka mereka pindah lagi ke tempat lain yang sumber makanannya lebih banyak.
Salah satu ciri kehidupan manusia pada masa praaksara adalah semi-nomaden. Sebelum pindah, mereka mengumpulkan hasil berburu terlebih dahulu. Hasil berburu ini adalah cadangan makanan mereka sebelum mendapatkan tempat tinggal baru.
Kehidupan Budaya
Budaya kehidupan manusia pada masa praaksara dilihat melalui benda-benda yang menjadi peninggalan mereka. Bentuk alat dan benda itu menunjukkan bagaimana mereka bertahan hidup. Saat itu, manusia membuat alat dari batu.
Sebab itulah mengapa zaman ini juga sering disebut zaman batu. Hasil kebudayaan batu yang ditemukan pada masa ini adalah kapak perimbas, kapak genggam, serpih bilah (flakes), dan sebagainya.
Kehidupan Sosial
Manusia pada zaman praaksara hidup berkelompok. Mereka terdiri dari keluarga-keluarga kecil dan di dalamnya ada seorang pemimpin. Pemimpin ini disebut ketua suku. Ketua suku yang memimpin anggotanya sewaktu hendak pindah ke tempat tinggal baru.
Anggota yang laki-laki biasanya bertugas mencari makanan dengan berburu. Sementara anggota perempuan mengumpulkan bahan makanan dengan mencari tumbuh-tumbuhan, memasak, dan membimbing anak
2. Masa Bercocok Tanam
Kehidupan selanjutnya ditandai dengan masa bercocok tanam. Kegiatan ini dianggap dapat memenuhi persediaan makanan sepanjang tahun walaupun tidak membuka ladang baru. Selain itu, manusia pada masa bercocok tanam juga memelihara hewan ternak sebagai sumber makanan.
Masa bercocok tanam diperkirakan berlangsung pada zaman neolithikum. Pada masa ini, manusia bergantung pada cuaca dan iklim karena mempengaruhi hasil cocok tanam mereka. Hasil panen juga dipengaruhi oleh kondisi tanah tempat mereka bercocok tanam.
Kehidupan Ekonomi
Dari sisi ekonomi, kehidupan manusia pada masa praaksara sudah bisa membuat produk sendiri untuk kehidupan sehari-hari, lho! Mereka dapat membabat hutan untuk bercocok tanam. Mereka biasanya menghasilkan produk berupa umbi-umbian.
Selain itu, sumber makanan mereka juga berasal dari kegiatan beternak. Hewan ternak yang dipelihara biasanya adalah kerbau, ayam, babi hutan, dan sebagainya. Pada masa ini juga diperkirakan sudah terjadi barter.
Barter berlangsung dengan saling menukarkan hasil bercocok tanam, hasil laut, serta kerajinan tangan seperti beliung dan gerabah. Umbi-umbian penting untuk masyarakat yang tinggal di dekat pantai. Sebaliknya, hasil laut dibutuhkan oleh masyarakat pedalaman.
Kehidupan Sosial
Masa bercocok tanam menjadikan kehidupan manusia pada masa praaksara sudah lebih tertata. Kehidupan berkelompok membentuk perkampungan kecil. Di sebuah kampung, seorang ketua suku memimpin mereka dan ada beberapa keluarga.
Ketua suku dipilih dari usia tertua serta dianggap paling berwibawa dan religius yang dikenal dengan istilah primus interpares. Sistem ini akan membuat semua kelompok bisa menaati ketua suku dan mematuhi aturan yang ada. Keperluan sehari-hari juga diatur bersama-sama secara merata.
Laki-laki biasanya bertugas dengan kegiatan lebih berat, seperti berburu, membangun rumah, membabat hutan, dan membuat perahu. Sementara perempuan umumnya menabur benih, mengumpulkan makanan, beternak, dan merawat rumah.
Sobat Pijar tahu nggak tugas dari ketua suku? Ketua suku biasanya menjadi pusat komando untuk semua kegiatan. Ketua suku juga dijadikan sebagai pusat religi berdasarkan kepercayaan yang dianut mereka. Pada masa ini, manusia perlahan-lahan membentuk masyarakat yang kompleks.
Kehidupan Budaya
Masa ini menghasilkan budaya bercocok tanam. Alat yang dihasilkan lebih halus daripada alat di masa berburu. Alat-alat itu bukan cuma untuk bercocok tanam, tapi juga untuk upacara keagamaan. Misalnya adalah gerabah, kapak lonjong, kapak persegi, beberapa perhiasan, dan sebagainya.
Pada masa tersebut, sudah berkembang sistem kepercayaan. Kepercayaan di masa ini mengatakan bahwa orang yang meninggal dunia akan memasuki suatu alam tertentu. Mereka membekali orang yang meninggal dengan perhiasan. Maksudnya adalah agar arwahnya mengalami perjalanan yang lancar serta hidup dengan lebih baik.
Masa bercocok tanam juga mempunyai tradisi mendirikan bangunan besar dari batu atau megalitikum. Tradisi ini berhubungan dengan orang yang meninggal dunia dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat, termasuk hasil cocok tanam yang subur.
Karena itu, mereka sering mengabadikan jasa seseorang yang berpengaruh dengan monumen batu. Selain melambangkan penghormatan, monumen ini menjadi tempat memberikan persembahan. Bangunan ini berupa dolmen, waruga, menhir, sarkofagus, serta punden berundak.
Kepercayaan Masyarakat Praaksara
Nah, setelah kita mengenal tahapan kehidupan manusia pada masa praaksara, mulai dari masa berburu dan meramu hingga bercocok tanam, penasaran nggak, sih, seperti apa kepercayaan yang dianut mereka?
Pembahasan mengenai kepercayaan masyarakat praaksara dimulai dari penemuan lukisan perahu di sebuah nekara. Lukisan itu adalah kendaraan yang dipercaya mengantarkan roh ke alam baka.
Hal inilah yang membuktikan bahwa mereka mempercayai keberadaan roh. Kira-kira kepercayaan apa saja, ya, yang dianut pada masa praaksara? Berikut penjelasannya.
Animisme
Animisme terbentuk dari kata "anima" dalam bahasa Latin yang artinya adalah roh. Animisme merupakan bentuk kepercayaan yang memuja makhluk halus atau roh nenek moyang.
Sistem kepercayaan pada masa praaksara ini ditandai dengan manusia yang memohon perlindungan kepada roh nenek moyang. Mereka juga 'berdoa' untuk meminta sesuatu kepada para arwah, seperti meminta keselamatan, kesehatan, dan sebagainya.
Dinamisme
Dinamisme terbentuk dari kata "dynamic" dalam bahasa Inggris, yang artinya dinamis, kekuatan, atau daya. Dinamisme merupakan bentuk kepercayaan yang mempercayai bahwa benda-benda tertentu mempunyai kekuatan supranatural. Benda ini bisa berupa batu besar atau pohon.
Sistem kepercayaan ini lahir dari kehidupan manusia pada masa praaksara yang bergantung pada kekuatan lain di luar diri mereka. Mereka sadar tentang keterbatasan mereka sehingga memerlukan pertolongan dari benda-benda yang dianggap bisa mengabulkan doa-doa mereka.
Totemisme
Mirip seperti dinamisme, hanya saja totemisme percaya pada tumbuhan atau hewan mempunyai kekuatan supranatural. Mereka percaya bahwa makhluk-makhluk itu bisa memberikan keselamatan bahkan kesialan bagi penganutnya.
Manusia praaksara jadi sering mengeramatkan tumbuhan dan binatang tertentu. Mereka mempunyai aturan tersendiri tentang pantangan mengkonsumsi tumbuhan atau hewan yang dikeramatkan.
Peninggalan Masa Praaksara
Saat ini, peninggalan kehidupan manusia pada masa praaksara sering ditemukan di Pulau Jawa. Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan adanya peninggalan masa praaksara di daerah lainnya. Peninggalan ini tentu perlu dilestarikan, ya! Sobat Pijar bisa cari tahu dari penjelasan di bawah ini.
Sangiran
Situs Sangiran berbentuk kubah raksasa. Ada cekungan besar di pusat kubah karena terjadi erosi di puncak. Kondisi itu membuka lapisan-lapisan batuan yang menyimpan banyak fosil binatang dan manusia purba.
P.E.C. Schemulling menemukan fosil vertebrata dari Kalioso tahun 1864. Kemudian, von Koenigswald menemukan artefak litik pada tahun 1934. Setelah itu, di Sangiran ditemukan juga banyak fosil Homo erectus dan Homo sapiens. Tak heran, Sangiran dijuluki Laboratorium Situs Manusia Purba Terbesar di Asia.
Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Eugene Dubois menemukan fosil Pithecanthropus erectus di Desa Kedungbrubus, Madiun, Jawa Timur. Kemudian, ia melakukan ekskavasi di Trinil dan menemukan atap tengkorak Pithecanthropus erectus yang sudah berjalan berjalan tegak.
Manusia ini menunjukkan beberapa peninggalan di daerah Perning (Mojokerto), Ngandong (Blora), dan Sambungmacan (Sragen). Penduduk yang membantu Koeningswald dan Duifjes juga menemukan tengkorak anak-anak yang berusia sekitar lima tahun.
Baca juga: Peradaban Awal Dunia: Mesopotamia, Mesir Kuno, dan Yunani Kuno
____________________________________________________________________
Kehidupan manusia pada masa praaksara ditandai dengan masa berburu dan bercocok tanam. Kedua masa menggunakan alat-alat dari batu dan logam untuk mendukung kebutuhan sehari-hari. Sistem kepercayaannya adalah animisme, dinamisme, dan totemisme. Menarik ya, Sobat Pijar!
Yuk, belajar lebih lanjut tentang kehidupan manusia pada masa praaksara bareng Pijar Belajar. Pijar Belajar memiliki berbagai latihan soal yang bisa kamu kerjakan untuk mengasah kemampuanmu.
Download Pijar Belajar sekarang!