Ciri-Ciri Histroriografi Tradisional dan Contohnya
Pijar Belajar
||0 Minute Read|Review
5.0
Isi Artikel
Sobat Pijar pernah mendengar kisah antara Ken Dedes dan Ken Arok? Tahukah kamu, ternyata kisah yang termuat di dalam Kitab Pararaton ini termasuk ke dalam jenis historiografi tradisional, lho. Tapi, historiografi tradisional itu apa, ya? Nah, untuk memahami historiografi, kamu perlu tahu ciri-ciri historiografi tradisional, nih.
Historiografi Indonesia dibagi ke dalam tiga jenis berdasarkan perkembangannya, yaitu historiografi tradisional, historiografi kolonial hingga historiografi nasional atau historiografi modern. Historiografi terdiri dari dua kata yakni history yang bermakna sejarah dan grafi yang bermakna deskripsi.
Oleh karena itu, historiografi bermakna penulisan atau penggambaran sejarah di masa lalu. Historiografi bisa berbentuk tulisan maupun lisan yang mengungkapkan berbagai peristiwa di masa yang telah lalu. Historiografi merupakan tahap akhir dari metodologi penelitian sejarah oleh para sejarawan.
Supaya kamu semakin paham dengan pengertian dan ciri-ciri historiografi tradisional, simak penjelasannya di bawah ini, yuk!
Baca juga: Konsep Berpikir Sejarah - Kronologis, Diakronik, Sinkronik
Pengertian Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional mulai berkembang pada masa kerajaan Hindu Buddha di tanah air, tepatnya pada abad 14 Masehi hingga era perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di abad 20 Masehi. Karya historiografi tradisional pada masa itu biasanya berupa naskah kuno, seperti babad dan hikayat serta prasasti.
Tujuan dari penulisan historiografi tradisional adalah untuk menceritakan bagaimana kondisi masa kerajaan ketika seorang raja memerintah kerajaan. Meski begitu, penulisan sejarah yang dilakukan di era tradisional lebih bertujuan sebagai bentuk ekspresi budaya dibanding bentuk merekam peristiwa sejarah.
Oleh karena itu, kita bisa melihat bahwa salah satu ciri-ciri historiografi tradisional adalah tidak memaparkan kebenaran dan dalil berisi fakta, melainkan lebih kepada karya untuk diabadikan ke penguasa. Makanya, bentuk-bentuk historiografi tradisional lebih kepada karya imajinatif dan mitologi.
Ciri-Ciri Historiografi Tradisional
Untuk membedakan karya-karya historiografi tradisional dengan karya historiografi modern, kamu bisa membedakan melalui ciri-ciri historiografi tradisional atau karakteristiknya. Berikut adalah karakteristik historiografi tradisional yang membedakannya dari historiografi modern:
1. Bersifat Istana Sentris
Historiografi tradisional bersifat istana sentris yakni karya sejarah berfokus untuk mengangkat kehidupan keluarga raja dan juga raja (keluarga istana) saja. Historiografi tradisional tidak mengangkat kisah mengenai kehidupan rakyat jelata sama sekali.
2. Bersifat Regio Sentrisme atau Kedaerahan
Salah satu ciri historiografi tradisional adalah regio sentrisme artinya historiografi tradisional bersifat kedaerahan atau enocentrisme yang menekankan pada suku bangsa dan budaya yang ada di kerajaan tersebut.
3. Bersifat Feodalistis Aristokratis
Historiografi tradisional bersifat feodalistis aristokratis. Ciri feodalistis aristokratis dalam historiografi tradisional adalah hanya mengangkat mengenai kehidupan para bangsawan feodal saja, tidak membahas kehidupan masyarakat sama sekali baik kondisi ekonomi dan sosial rakyat di suatu tempat.
4. Bersifat Religius Magis
Ciri historiografi tradisional adalah bersifat religius magis yakni dikaitkan dengan keyakinan akan perkara-perkara gaib. Historiografi tradisional menempatkan raja sebagai perlambang Dewa atau Tuhan yang memiliki kesaktian atau ilmu magis tertentu.
Dengan menjadikan Raja sebagai sosok yang disucikan atau dikultuskan, maka Raja akan mendapatkan kepatuhan dan ketaatan dari rakyatnya.
5. Isinya Tidak Bisa Dipertanggungjawabkan
Salah satu ciri khusus historiografi tradisional yaitu isi historiografi menyamakan hal-hal nyata dengan khayalan. Selain itu, pemaparan historiografi tradisional baik berkaitan dengan pemakaian kosa kata, waktu, penguraian fakta sejarah dan nama banyak terjadi kesalahan.
Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Tradisional
Setelah mengetahui apa saja ciri-ciri historiografi tradisional, Sobat Pijar mungkin sudah bisa memperkirakan apa saja yang menjadi kelebihan maupun kekurangan historiografi tradisional. Dibandingkan dengan jenis historiografi lain, berikut kelebihan dan kekurangan historiografi tradisional:
Kelebihan Historiografi Tradisional
Jika dilihat berdasarkan ciri-ciri historiografi tradisional di atas, terdapat beberapa hal yang menjadi kelebihan jenis historiografi tradisional sebagai berikut:
- Cara penulisan historiografi tradisional menggunakan prinsip romantisme klasik sehingga lebih menarik bagi para pembaca dalam menyimak karya sastra ini
- Menempatkan raja sebagai bentuk penjelmaan dewa atau keturunan dari dewa, sehingga setiap sabda raja dianggap sebagai sesuatu yang sakral dan wajib ditaati rakyat
- Penyajian historiografi tradisional bertujuan untuk meninggikan kedudukan raja agar kedudukannya stabil di hadapan rakyat yang senantiasa menghormati raja
- Ciri-ciri historiografi tradisional adalah penyajian menerapkan konsep silsilah atau genealogi keluarga kerajaan secara runtut sehingga bisa diketahui silsilah salah seorang tokoh penting
- Sebagai wahana untuk menunjukkan legitimasi raja atas kekuasaan yang diembannya. Legitimasi raja ini sangat penting untuk menstabilkan kondisi politik kerajaan
Kekurangan Historiografi Tradisional
Selain kelebihan, historiografi tradisional juga memiliki beberapa kekurangan jika dilihat berdasarkan ciri-ciri historiografi tradisional di atas. Berikut adalah kekurangan dari historiografi tradisional dibandingkan historiografi lainnya:
- Berbeda dari ciri-ciri historiografi nasional yang mengangkat kondisi kehidupan masyarakat Indonesia secara umum, historiografi tradisional hanya mengangkat kondisi kehidupan bangsawan saja
- Penulisan sejarah bersifat subjektif dan tidak didasarkan kepada data yang akurat. Hal ini tidak terlepas dari tujuan penulisan historiografi tradisional untuk mengakomodir kepentingan penguasa
- Metodologi penulisan tidak jelas
- Sumber penulisan sejarah tidak jelas
- Pembaca sulit membedakan antara realitas dan imajinasi karena penulisan peristiwa sejarah menggabungkan unsur realitas sekaligus supranatural
- Terlalu berlebih-lebihan dalam menyanjung penguasa atau tokoh besar bahkan sering kali disematkan dengan kekuatan gaib atau kesaktian
Contoh Historiografi Tradisional
Bentuk-bentuk historiografi tradisional ada berbagai macam, contohnya seperti babad atau naskah kuno, prasasti serta hikayat. Di bawah ini adalah contoh karya historiografi tradisional yang ditemukan di tanah air:
1. Babad atau Naskah Kuno
Karya historiografi tradisional pada masa Hindu-Budha yaitu babad atau naskah kuno berupa nama yang tertera di dalam buku cerita sejarah suku bangsa.Babad memaparkan kisah kerajaan, pahlawan kerajaan, penguasa dan sebagainya.
Babad umumnya ditulis oleh pujangga kerajaan dan berisi isyarat maupun bercampur mitos. Babad yang berkembang pada masa Hindu Buddha seperti di bawah ini:
- Kitab Pararaton
- Babad Tanah Jawa
- Babad Parahiangan
- Babad Tanah Pasundan
- Kitab Negarakertagama
- Babad Sriwijaya
- Kitab Mahabharata
- Kitab Ramayana
- Babad Galuh dan sebagainya
2. Prasasti
Salah satu contoh historiografi tradisional berikutnya adalah prasasti. Prasasti dijadikan sebagai momentum peringatan peristiwa bersejarah yang ada di sebuah kerajaan ataupun terkait dengan pelaksanaan ritual.
Prasasti merupakan salah satu peninggalan era Hindu-Budha. Contoh prasasti pada masa Hindu Buddha di tanah air adalah Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Ciareteun dan Prasasti Yupa.
3. Hikayat
Sementara itu, historiografi tradisional juga terus berkembang di masa Islam dalam bentuk karya seperti babad. Karya historiografi tradisional yang keseluruhan ceritanya didominasi unsur islam adalah hikayat. Hikayat adalah bentuk kesusastraan Melayu yang di dalamnya sangat kental akan nuansa Islam.
Hikayat bermakna cerita rekaan panjang berbentuk prosa yang dalam sastra Melayu mengisahkan kepahlawanan maupun kehebatan tokoh-tokoh terkemuka. Karya historiografi di masa Islam sudah mengenal konsep kronologi, yaitu peristiwa sejarah ditempatkan berdasarkan urutan waktu kejadiannya.
Ciri-ciri historiografi tradisional di masa Islam juga masih memiliki unsur mitos dan sifat kedaerahan. Babad yang berkembang pada masa sejarah Islam di nusantara juga mengangkat kisah para raja ataupun tokoh penting di dalam kerajaan. Contoh historiografi di masa Islam seperti di bawah ini:
- Hikayat Aceh
- Babad Giyanti
- Babad Demak
- Hikayat Raja-Raja Pasai
Historiografi tradisional yang mendukung teori arab adalah Hikayat Raja-Raja Pasai. Di dalam Hikayat Raja-Raja Pasai tertera informasi mengenai teori masuk serta berkembangnya Islam di tanah air berdasarkan teori Arab Makkah.
Teori Arab Mekah menjelaskan bahwa masuknya Islam ke nusantara melalui jalur Mekah atau Arab secara langsung. Proses masuknya agama Islam di tanah air sudah dimulai sejak abad 7 Masehi atau abad pertama Hijriah.
_____________________________________________________________
Baca juga: Peninggalan Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia
Ciri-ciri historiografi tradisional yang membedakannya dari historiografi lainnya adalah masih kental dengan kisah-kisah berbau mitos dan lebih bersifat istana sentris. Selain itu, historiografi tradisional berkembang sejak masa Hindu Budha hingga masa kerajaan Islam di nusantara sehingga aksara yang digunakan juga berbeda.
Ingin tahu lebih banyak tentang historiografi tradisional dan historiografi lainnya? Kalau begitu, coba simak penjelasan lengkapnya lewat Aplikasi Pijar Belajar, yuk! Aplikasi Pijar Belajar merupakan aplikasi bimbel online yang bisa membantu kamu belajar dengan mudah kapan aja dan dimana.
Hal itu karena Pijar Belajar punya konten belajar yang super lengkap untuk kamu, mulai dari latihan soal hingga rangkuman dan video materi ada semua, lho.
Tunggu apa lagi? Yuk, download Pijar Belajar atau klik banner di bawah ini untuk mulai belajar sekarang!